SALAM HANGAT »TheKiFOT« “Kesuksesan ataupun kegagalan masa depan Anda tergantung dari keputusan Anda saat ini, Di mana ada kemauan dan keberanian untuk memutuskan, di situlah kesuksesan menanti Anda. Tapi yakinlah bahwa tidak ada kata terlambat untuk memulainya”.

Adab Bertamu Menurut Islam

TheKiFOT- Siapapun kita, tentu pernah bersilaturrahmi ke rumah teman, walau sekadar bercakap-cakap atau karena ada kepentingan bisnis.Sebab manusia selalu membutuhkan orang lain, siapapun dia tua-muda, pria maupun wanita. Islam sebagai agama yang sempurna tidak membiarkan masalah ini begitu saja, namun Islam mengajarkan adab-adab bertamu, sehingga tujuan bersilaturrahmi bisa terlaksana dengan baik. Berikut adalah beberapa adab bertamu yang diajarkan agama Islam yang mulia ini.

Ucapkanlah salam dengan suara yang sekiranya didengar tuan rumah, tidak terlalu pelan dan tidak pula terlalu keras. Dengan salam berarti sang tamu berdo'a semoga tuan rumah memperoleh keberkahan dan keselamatan. Demikianlah perintah Allah dalam Alquran. "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian memasuki rumah yang bukan rumah kalian sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya." (QS.An-Nur ayat 27). Dalam riwayat Turmudzi dikisahkan bahwa  Kaldah bin Hanbal disuruh Shafwan bin Umaiyah  untuk mengantarkan susu dan makanan kepada  Rasulullah yang sedang berada di atas lembah Kaldah langsung menemui Rasulullah tanpa mengucapkan salam dan tidak minta izin. Rasulullah lalu menyuruhnya keluar kembali dan mengucapkan, Assalamualaikum, apakah aku boleh masuk ?"  Inilah ajaran Rasulullah yang seharusnya dilakukan setiap muslim.

Bila salam belum terdengar ulangi kembali hingga tiga kali. Tentunya, dengan rentang waktu yang tidak terlalu rapat. Imam Muslim meriwayatkan bahwa Abu Musa al-Asyari  menemui Umar bin Khathab, lalu ia berkata: "Assalaamu alaikum, ini Abdullah bin Qais. Namun, Umar tidak mengizinkannya masuk. Lalu Abu Musa al-Asyari mengucapkan salam kembali seraya mengatakan ini Abu Musa, lalu ia mengucapkan salam (ketiga kalinya) sambil mengatakan ini Al-Asyari kemudian ia pun pulang. Abu Musa berkata: "Jawablah salamku, jawablah salamku." Tak lama setelah itu, datanglah Umar bin Khathab: "Wahai Abu Musa, kami tidak menjawab salammu karena kami sedang sibuk." Abu Musa berkata: "Saya mendengar Rasulullah bersabda: "Minta idzin itu hanya tiga kali, bila diizinkan (silahkan masuk) dan bila tidak diizinkan pulanglah kembali." (HR Muslim).

Langsung masuk ke rumah orang lain tanpa izin bukanlah kebiasaan terpuji. Sebaliknya  kebiasaan yang terlarang dalam Islam. Meskipun  hal ini sering kita jumpai di masyarakat bukan berarti kebiasaan itu diperbolehkan sebab tidak  semua kebiasaan itu dibenarkan agama dan etika. Barangkali saat itu tuan rumah sedang beristirahat, atau tidak mau diganggu atau mungkin berpakaian yang tidak layak dilihat orang lain. Dengan minta  izin berarti sang tamu member! kesempatan tuan rumah berbenah diri lalu menyambutnya. "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian memasuki rumah yang bukan rumah kalian  sebelum  meminta izin dan member! salam kepada penghuninya." (QS. M-Nur ayat 27)
 
Janganlah berdiri menghadap ke dalam rumah melalui pintu yang terbuka atau mengintip dari balik jendela, ketika anda mengetuk pintu atau mengucapkan  salam.  Tapi,  berdirilah membelakangi pintu. Hal ini untuk lebih menjaga pandangan dari hal-hal yang tidak diinginkan. Saad berkata: "Seseorang  berdiri di depan pintu Rasulullah sambil menghadap ke dalam rumah, ia bermaksud minta izin. Kemudian Rasutullah berkata: ‘Seharusnya kamu begini atau begitu, sesungguhnya disunahkannya minta izin hanyalah untuk menjaga pandangan.’” (HR Abu Dawud.)

Boleh saja seorang tamu menginap, namun sebaiknya tidak melebihi tiga hari. cukuplah kiranya tiga han untuk melayani sang tamu. Janganlah menunggu hingga diusir tuan rumah. Rasulullah bersabda, “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia memu­liakan tamunya.” Kewajiban menenima tamu selama tiga hari bila lebih dan itu maka ini adalah shadaqah.(HR Bukhari Muslim).

Tak jarang tenjadi tuan rumah tidak suka diganggu dan tidak mau menenima tamu. Karena itu, pilihlah waktu yang tepat untuk bertamu. Dan bila anda mengalami ha! mi, pulangtah dan jangan memaksakan din untuk menemuinya. Sebab sean­dainya bisa bertemu pun suasana nya tentu tidak kondusif dan mungkin serba canggung dan kaku. Allah berfirman: “Dan jika dikatakan kepadamu.‘Kembali (saja) lah. ‘Maka hendaklah k.amu kembali.” (QS. An-Nur ayat 28).”
Bila telah diizinkan masuk, jagalah mata dan hal-hal yang tidak boleh dilihat. Jangan biarkan mengikuti nafsu penasaran yang serba ingan tahu dan menyelidiki sekitan. lnilah alasan mengapa disyariatkan minta izin. Rasulullah bersabda, Sesungguhnyo disyanatkan minta izin tidak lain untuk menjaga pandangan.” (HR Turmudzi)
 
Hal ini, sudah menjadi hal biasa, bahwa siapa­pun yang menjadi tuan rumah tentu ia tidak ingin melihat tamunya berlaku tidak sopan. Misalnya dengan mencari-cari majalah untuk dibaca tanpa izin. Demikianlah adab-adab dalam bertamu Dengan memperhatkan adab-adab tersebut. sebuah kunjungan tidak saja sesuai syani’at Islam, tapi juga bisa menjadi ajang silaturahmi yang mudah-mudahan mendatangkan berkah.’

KTI PENGETAHUAN IBU INPARTU TENTANG PROSES PERSALINAN FISIOLOGI KALA II

KARYA TULIS ILMIAH
PENGETAHUAN IBU INPARTU TENTANG PROSES
PERSALINAN FISIOLOGI KALA II DI BPS
WILAYAH PUSKESMAS PESANGGARAN
KECAMATAN PESANGGARAN
KABUPATEN BANYUWANGI
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
1
Persalinan merupakan proses alamiah ketika terjadi pembukaan serviks serta pengeluaran janin dan plasenta dari uterus ( Siti Maimunah, 2005 : 138 ). Dalam persalinan dibagi menjadi empat kala meliputi : kala I, kala II kala III, kala IV. Kala II yaitu kala pengeluaran oleh karena adanya kekuatan his dan kekuatan mengedan janin didorong keluar sampai lahir, pada kala II his menjadi lebih kuat dan lebih cepat, kira-kira 2 sampai 3 menit sekali, dalam hal ini kepala janin biasanya sudah masuk ruang panggul, maka pada his dirasakan tekanan pada otot-otot dasar panggul, yang secara reflek terus menimbulkan rasa mengedan, wanita merasa pula tekanan pada rectum dan hendak buang air besar ( Prof. dr. Hanifa Wiknjosastro, 2006 : 194 ). Sekalipun reflek mengejan terjadi secara spontan, tetapi sering kekuatan itu malah tertahan dibatas leher, sehingga leher ibu menjadi tegang, dan ibu sering sekali meneran sebelum adanya his, bila ibu meneran dengan tidak adanya his akan sia-sia karena his merupakan salah satu kekuatan ibu yang mendorong janin keluar, serta pengambilan posisi yang kurang benar sehingga ibu mengejan tersia-siakan karena tenaga ibu tidak tersampaikan pada sasaran , ini menyebabkan ibu kelelahan dan menurunnya tenaga meneran sehingga persalinan menjadi lama dan berpengaruh terhadap bayi yaitu asfiksia (Depkes, 2000 : 3-4 ). Tenaga mengejan ibu merupakan salah satu dari faktor yang mempengaruhi persalinan meliputi : Kekuatan Ibu, Janin dan Jalan Lahir ( Prof. dr. Hanifa Wiknjosastro, 2006 : 194 ). Tingginya AKI di Indonesia erat kaitannya dengan kurangnya pengetahuan ibu mengenai kesiapan persalinan dan pemanfaatan layanan kesehatan selama kehamilan atau persalinan. Selain itu faktor usia, paritas dan juga pendidikan berpengaruh terhadap kematian ibu di seluruh kabupaten/kota.( http://pos-kupang.com/printnew/artikel/06/2009 ).
Salah satu sebab tingginya kematian maternal dan perinatal di Indonesia dan negara-negara berkembang lainnya adalah akibat partus lama. Hasil AMP ( Audit Maternal dan Perinatal ) di Jawa Timur, selama periode Januari sampai Desember 2008 mendapatkan bahwa penyulit ibu terbanyak adalah partus lama (16%), disusul partus kasep (11%), pre-eklampsia dan eklampsia. Sedangkan pada bayi terbanyak adalah asfiksia neonatorum, yaitu 57,7% ( Supriatmaja, www. Kalbe. Co.id/ 2009/ Pengaruh Senam Hamil ), di Kabupaten Banyuwangi AKI (Angka Kematian Ibu ) sebanyak 70% perdarahan dan disebabkan partus lama sebanyak 13% sisanya eklampsia( http://www. Pos-Banyuwangi. Com/05/2009/ ), sedangkan di Puskesmas Pesanggaran terjadi partus lama sebanyak 9 persalinan dari 100 persalinan.
Dalam pengamatan penulis selama praktek di Puskesmas Pesanggaran, banyak ibu-ibu bersalin yang belum mengetahui tata cara proses persalinan. Untuk itu penulis sangat tertarik akan meneliti pengetahuan ibu inpartu tentang proses persalinan khususnya pengetahuan tentang proses persalinan kala II. Dengan tingginya pengetahuan ibu tentang proses persalinan khususnya persalinan kala II, diharapkan persalinan berjalan dengan lancar sehingga bayi lahir dengan spontan, sehat dan ibu bersalin tanpa komplikasi.
Maka dari itu Penulis mengajak kepada ibu-ibu pada umumnya, serta pada ibu hamil pada khususnya, untuk menggali pengetahuan tentang persalinan, setelah mengetahui dan mengerti tentang cara-cara persalinan pada ibu-ibu diharapkan persalinan berjalan dengan lancar sesuai dengan yang diharapkan. Penulis berharap karya tulis ini dapat dijadikan sebagai salah satu sarana untuk memperluas serta menambah informasi guna meningkatkan pengetahuan tentang persalinan sehingga meminimalkan komplikasi pada ibu Bersalin dan Komplikasi Bayi Baru Lahir.
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah.
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka Rumusan Masalah Penelitian ini yaitu “ Bagaimanakah Pengetahuan Ibu Inpartu Tentang Proses Persalinan Fisiologi Kala II di BPS Wilayah Puskesmas Pesanggaran, Kecamatan Pesanggaran, Kabupaten Banyuwangi ? “
C. Tujuan Penelitian.
Tujuan dari penelitian ini adalah “Mengetahui Pengetahuan Ibu Inpartu Tentang Proses Persalinan Fisiologi kala II di BPS Wilayah Puskesmas Pesanggaran, Kecamatan Pesanggaran, Kabupaten Banyuwangi”.
D. Manfaat Penelitian.
1. Bagi Institusi Pendidikan.
Memberikan nilai sumber kepustakaan di Poltekkes Majapahit sebagai wacana kepustakaan baru mengenai Pengetahuan Ibu Inpartu tentang proses persalinan kala II.
2. Bagi Peniliti.
Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam rangka pengembangan dan penerapan ilmu pengetahuan pada bidang persalinan, khususnya persalinan kala II yang terkait di dalam melakukan penelitian.
3. Bagi Masyarakat.
Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi bagi masyakat, ibu – ibu hamil pada khususnya, dan diharapkan adanya sikap meningkatnya tingkat pengetahuan tentang persalinan.
4. Bagi Pemerintah atau lembaga.
Mendapatkan kontribusi / bantuan pemikiran dari peneliti sehingga ada perbaikan – perbaikan penyempurnaan dari kondisi sebelumnya.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan teori.
1. PENGETAHUAN.
a. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil “tahu”, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu ( Soekidjo Notoatmodjo, 2003 : 127 ). Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia, yaitu indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (pendengar dan penglihatan).
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behavior).
b. Proses Adopsi Perilaku ( Soekidjo Notoatmodjo, 2003 : 128 ).
1). Awareness (Kesadaran)
Diman orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (obyek).
2). Interest (Merasa tertarik)
5
Terhadap stimulus suatu obyek tertentu, disini sikap obyek sudah mulai timbul.
3). Evaluation (Menimbang-nimbang)
Terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden lebih baik lagi.
4). Trial (Mencoba)
Subyek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.
5). Adoption (Menerima)
Dimana subyek telah berprilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikap terhadap stimulus.
Dari pengalaman dan penelitian, ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak di dasari oleh pengetahuan. Apabila penerima perilaku baru (adopsi perilaku) melalui proses seperti diatas, dimana di dasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif. Maka perilaku akan bersifat long lasting.
c. Tingkat Pengetahuan Didalam Domain Kognitif
Pengetahuan yang dicakup didalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu :
1). Know (Tahu)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima, oleh sebab itu, tahu adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengetahui bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan.
Contoh : dapat melaksanakan proses persalinan dengan baik dan benar.
2). Comprehention (memahami)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui, serta menginterprestasikan materi secara benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atau materi harus dapat menjelaskan dan menyebutkan.
Contoh : dapat menjelaskan, menyimpulkan serta meramalkan, mengapa ibu inpartu harus mengetahui tentang proses persalinan kala II.
3) Aplication (aplikasi)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang penggunaanya telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya (real). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai rumus, metode, penggunaan hukum-hukum prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
Contoh : Dapat menggunakan rumus statistik dalam perhitungan-perhitungan hasil penelitian, dapat menggunakan prinsip-prinsip pemecahan masalah (problem solving cycle) didalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang telah diberikan.
4). Analysis (analisis)
Analisis diartikan suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitanya antara satu dengan yang lain. Kemampuan analisis dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja.
Contoh : membuat bagan, dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokan dan sebagainya.
5). Synthesis (sintesis)
Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis merupakan suatu kemampuan untuk meyusun formalisasi yang ada.
Contoh : Dapat menyusun, merencanakan, meringkas, serta dapat menyesuaikan terhadap suatu teori atau rumusan yang telah ada.
6). Evaluation (evaluasi)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penelitian terhadap suatu obyek atau materi. Penilaian-penilaian ini berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
Contoh : Dapat menafsirkan sebab-sebab ibu tidak mengetahui tentang proses persalinan.
Pengeluaran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden kedalam pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dari subyek penelitian atau responden kedalam pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat disesuaikan dengan tingkatan-tingkatan tersebut diatas. ( Soekidjo Notoatmodjo, 2003 : 128 ).
d. Faktor-Faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Pengetahuan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
1). Umur
Masa pubertas akhir atau adolesensi terjadi suatu proses kematangan yang berlangsung lambat dan teratur, ini merupakan kunci perkembangan. Menurut ahli jiwa, batas waktu adolesensi adalah umur 17-22 tahun, perkembangan biologis menimbulkan timbulnya perubahan-perubahan tertentu baik kualitatif maupun kuantitaif yang bersifat fisiologis dan psikologis oleh perkembangan baru akan dihadapkan banyak masalah baru dan kesulitan yang rumit dan kompleks. Pada usia ini dibutuhkan adanya pendidik dari orang tua yang berkepribadian sederhana dan jujur dan tidak terlampau menuntut kepadanya serta membiarkan tumbuh dan berkembang dengan kodratnya sendiri dan kemudian menemukan arti dari nilai-nilai tertentu untuk menetapkan sikap dan tujuan hidup sendiri. Pembagian umur ibu hamil menurut Puji Rohiyati yaitu <> 35 tahun.
2). Tingkat Pendidikan
Konsep dasar pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti dalam pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan atau perubahan ke arah yang lebih dewasa, lebih baik dan lebih matang pada diri individu, kelompok, masyarakat. Kegiatan atau proses belajar ini terjadi dimana saja, kapan saja dan oleh siapa saja. Di dalam kegiatan belajar mengajar terdapat 3 (tiga) persoalan pokok yaitu persoalan masukan (input), persoalan proses, persoalan keluaran (output). Persoalan masukan yaitu menyangkut sasaran belajar, persoalan proses adalah mekanisme dan interaksi terjadinya perubahan kemampuan (perilaku) pada diri subyek belajar sedangkan persoalan keluaran adalah merupakan hasil belajar itu sendiri yaitu perubahan kemampuan atau perilaku subyek belajar.
3). Pekerjaan
Kerja merupakan suatu yang dibutuhkan oleh manusia, kebutuhan itu bermacam-macam, berkembang dan berubah bahkan sering kali tidak disadari oleh pelakunya. Seseorang bekerja karena ada sesuatu yang hendak dicapainya dan orang tersebut berharap bahwa aktivitas kerja yang dilakukannya akan membawa kepada suatu keadaan yang lebih memuaskan daripada keadaan sebelumnya. Melalui pekerjaan dapat berbuat sesuatu yang bernilai, bermanfaat bagi kita sendiri, bagi anggota keluarga dan dapat diperoleh pengalaman.
e. Cara Mengukur Pengetahuan Menurut Arikunto, 2006
Baik : bila jawaban benar dengan nilai 76%-100%
Cukup : bila jawaban benar dengan nilai 56%-75%
Kurang : bila jawaban benar dengan nilai 40%-55%
Tidak Baik : bila jawaban kurang dari 40%
2. PERSALINAN.
a. Pengertian persalinan
Persalinan adalah proses alamiah ketika terjadi pembukaan serviks serta pengeluaran janin dan plasenta dari uterus ibu (Siti Maimunah, Amd. Keb., S.Pd, 2005 : 138).
b. Tanda – tanda In-Partu ( Persalinan ).
1). Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering, dan teratur.
2). Keluar lendir bercampur darah ( show ) yang lebih banyak karena robekan – robekan kecil pada serviks.
3). Kadang – kadang ketuban pecah dengan sendirinya.
4). Pada pemeriksaan dalam : serviks mendatar dan pembukaan telah ada.
c. Faktor – faktor yang berperan dalam persalinan.
1). Kekuatan mendorong janin keluar ( power ) :
a) his ( kontraksi uterus )
b) kontraksi otot – otot dinding perut
c) kontraksi diafragma
d) dan ligmentous action terutama ligamentum rotundum
2). faktor janin
3). faktor jalan lahir.
d. Pembagian Tahap Persalinan.
1). Persalinan Kala I
Dimulai sejak terjadinya his adekuat dan serviks mulai membuka sehingga pembukaan lengkap menjadi 10 cm.
2). Persalinan Kala II
Sejak terjadinya pembukaan lengkap sampai lahirnya bayi secara keseluruhan (Siti Maimunah, Amd. Keb., S.Pd, 2005 : 138).
3). Persalinan Kala III.
Dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya placenta.
Pertolongan kala III bukan merupakan masalah ringan, karena bahaya yang perlu diperhatikan.
4). Persalinan Kala IV.
Dimulai setelah lahirnya placenta dan berakhir dua jam setelah persalinan. (Siti Maimunah, Amd. Keb., S.Pd, 2005 : 138).
e. Proses Persalinan kala II
Adalah sejak terjadinya pembukaan lengkap sampai lahirnya bayi secara keseluruhan (Siti Maimunah, Amd. Keb., S.Pd, 2005 : 138).
Pada kala ini ibu bersalin harus tetap ditemani oleh karena setiap saat terancam oleh keadaan gawat yang memerlukan pertolongan. Pengawasan persalinan kala II, diperlukan observasi yang ketat dan terutama kerja sama antara ibu bersalin dengan penolongnya.
1) Fisiologi persalinan Kala II
Pada Kala II his menjadi kuat dan lebih cepat, kira – kira 2 sampai 3 menit sekali. Karena biasanya dalam hal ini kepala janin sudah masuk di ruang pangul, yang secara reflek menimbulkan rasa mengedan. Wanita merasa pula tekanan kepada rectum dan hendak buang air besar. Kemudian perineum mulai menonjol dan menjadi lebar dengan anus membuka. Labia mulai membuka dan tidak lama kemudian kepala janin tampak dalam vulva pada waktu his, bila dasar panggul sudah lebih berelaksasi, kepala janin tidak masuk lagi diluar his, dan dengan his dan kekuatan mengedan maksimal kepala janin dilahirkan dengan suboksiput di bawah simfisis dan dahi, muka, dan dagu melewati perineum. Setelah istirahat sebentar, his mulai lagi untuk mengeluarkan badan, dan anggota bayi. Pada primigravida kala II berlangsung rata – rata 1,5 jam dan pada multipara rata – rata 0,5 jam.( Prof. dr. Hanifa Wiknjosastro, 2006 : 184 ).
2). Mekanisme Persalinan Normal
Hampir 96% janin berada dalam uterus dengan presentasi kepala dan pada presentasi kepala ini ditemukan ± 58% ubun – ubun kecil terletak di kiri depan, ± 23% di kanan depan, ± 11% di kanan belakang, dan ± 8% di kiri belakang oleh kolon sigmoid dan rectum.
Menjadi pertanyaan mengapa janin dengan presentase yang tinggi berada dalam uterus dengan presentasi kepala ? Keadaan ini mungkin disebabkan karena kepala relatif lebih besar dan lebih berat. Mungkin pula bentuk uterus sedemikian rupa, sehingga volume bokong dan ekstremitas yang lebih besar berada di atas, di ruangan yang lebih luas, sedangkan kepala berada di bawah, diruang yang lebih sempit. Ini dikenal sebagai teori akomodasi.
Dengan fleksi kepala janin memasuki ruang panggul dengan ukuran yang paling kecil, yakni dengan diameter suboksipito bregmatikus (9,5cm) dan dengan sirkumferensia suboksipitobregmatikus ( 32 cm ). Sampai di dasar panggul kepala janin berada di dalam keadaan fleksi maksimal. Kepala yang sedang turun menemui diafragma pelvis yang berjalan dari belakang atas kebawah depan. Akibat kombinasi elastisitas diafragma pelvis dan tekanan intra uterin disebabkan oleh his yang berulang – ulang, kepala mengadakan rotasi, disebut pula putaran paksi dalam. Di dalam hal mengadakan rotasi ubun – ubun kecil berputar kearah depan, sehingga di dasar ubun – ubun kecil berada di bawah simfisis, maka dengan suboksiput sebagai hipomoklion, kepala mengadakan gerakan defleksi untuk dapat dilahirkan. Pada tiap his vulva lebih membuka dan kepala janin makin tampak. Perinium menjadi makin lebar dan tipis, anus membuka dinding rectum. Dengan dahi, muka, dan akhirnya dagu. Sesudah kepala lahir, kepala segera mengadakan rotasi, yang disebut putaran paksi luar.
Putaran paksi luar ini ialah gerakan kembali sebelum putaran paksi dalam terjadi, untuk menyesuaikan kedudukan kepala dengan punggung anak.
Bahu melintasi pintu atas panggul dalam keadaan miring. Di dalam rongga panggul bahu akan menyesuaikan diri dengan bentuk panggul yang dilaluinya, sehingga di dasar panggul, apabila kepala telah dilahirkan, bahu akan berada dalam posisi depan belakang. Selanjutnya dilahirkan bahu depan terlebih dahulu, baru kemudian bahu belakang. Demikian dilahirkan trokanter depan terlebih dahulu, baru kemudian trokanter belakang. Kemudian, bayi lahir seluruhnya.
3). Pimpinan Persalinan Kala II.
Kala II mulai bila pembukaan serviks lengkap. Umumnya pada akhir kala I atau permulaan kala II dengan kepala janin sudah masuk dalam ruang panggul , ketuban pecah sendiri. Bila ketuban belum pecah, ketuban harus dipecahkan. Kadang – kadang pada permulaan persalinan disertai timbulnya rasa ingin mengedan kuat. Pada kala II ( pengeluaran bayi ) terjadi rangsangan terhadap fleksus ( kumpulan saraf ) frankenhauser disekitar mulut rahim sehingga terjadi reflek mengejan, yang merupakan tambahan kekuatan untuk melahirkan janin ( bayi ).
Pada permulaan kala II umumnya kepala janin telah masuk dalam ruang pangul. Ketuban yang menonjol biasanya akan pecah sendiri. Bila belum pecah, harus dipecahkan. His akan datang lebih sering dan lebih kuat, lalu timbullah his mengedan.
Teknik pimpinan persalinan kala II :
a) Posisi melahirkan
Bantu ibu untuk memperoleh posisi yang paling nyaman baginya. Posisi – posisi melahirkan di bawah ini merupakan posisi – posisi yang paling nyaman untuk melahirkan dan setiap posisi memiliki keuntungan masing – masing.
(1). Duduk atau Setengah duduk
Merupakan posisi yang paling nyaman dan memudahkan penolong persalinan untuk membantu melahirkan kepala bayi ( Depkes, 2000 : 3-7 ).
Posisi setengah duduk dapat membantu turunnya kepala janin jika persalinan berjalan lambat.
(2). Jongkok atau berdiri
Posisi ini dapat membantu turunnya kepala janin jika persalinan berjalan lambat.
(3). Merangkak
Posisi ini cocok jika ibu merasa nyeri pada punggungnya dan dapat membantu jika terdapat kesulitan pada proses perputaran janin.
(4). Berbaring miring pada sisi kiri
Posisi ini memberika relaksasi dan membantu mencegah laserasi perineum ( minta seseorang untuk membantu memegang kaki ibu ).
Posisi terlentang pada punggung selama persalinan kala dua tidak dianjurkan karena akan menghambat aliran darah dari ibu ke janin sehingga mengakibatkan hipoksia / kekurangan oksigen pada janin. Melahirkan dalam posisi ini akan lebih sulit bagi ibu.( Depkes, 2000 : 3-8 ).
b). Cara meneran dan Pernapasan
Ada 2 cara ibu mengedan :
(1). Letak berbaring merangkul kedua pahanya dengan kedua lengan sampai batas siku. Kepala diangkat sedikit hingga dagu mengenai dada. Mulut dikatup.
(2). Dengan sikap seperti diatas, tetapi badan miring kearah punggung janin berada dan hanya satu kaki yang dirangkul, yaitu yang sebelah atas. ( Prof. dr. Hanifa Wiknjosastro, 2006 : 195 )
Supaya usaha mengejan efektif, pasien harus dibimbing waktu mengejan, tapi kita harus yakin dulu bahwa persalinan masuk ke dalam kala II. Mengejan hanya di bolehkan waktu ada his. Sebelum pasien mengejan ia harus menarik nafas yang dalam dulu, segera his mulai, dan kemudian mengejan ke bawah seperti waktu buang air besar. Mengejan ini harus sepanjang mungkin dan tidak boleh sambil mengeluarkan suara mengerang. Kalau pasien habis nafasnya, baiknya beristirahat sebentar kemudian mengejan dilanjutkan lagi selama his ada. Tiap his kepala maju, anus terbuka, perineum meregang. Penolong harus menahan perineum dengan tangan kanan beralaskan kain kasa atau kain doek steril, supaya tidak terjadi robekan ( rupture perinei ).
Text Box: Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan : - Umur - Pendidikan - Pekerjaan - paritasB. KERANGKA KONSEPTUAL
- Baik ( 76-100% )
- Cukup ( 56-75% )
- Kurang ( 40-55% )
- Tidak Baik (<>
Pengetahuan ibu inpartu tentang proses persalian fisiologi kala II meliputi :
- pengertian
- posisi melahirkan
- cara meneran dan pernapasan








Keterangan :
= Diteliti
= tidak ditelitindidikanutuhan
Gambar 2.1 : Kerangka Konseptual Pengetahuan Inpartu Tentang Proses Persalinan Fisiologi Kala II di BPS Wilayah Puskesmas Pesanggaran, Kecamatan Pesanggaran, Kabupaten Banyuwangi. ( Nursalam, 2003 : 56 )
Dari kerangka konseptual di atas dapat di uraikan bahwa peneliti melakukan penelitian pengetahuan ibu inpartu tentang proses persalinan kala II berdasarkan pengertian, posisi melahirkan, cara meneran dan pernafasan. Dalam pengetahuan ibu dipengaruhi 3 faktor yaitu umur, pendidikan, pekerjaan dan paritas, serta dalam proses persalinan kala II dipengaruhi oleh 3 faktor yang tidak dilakukan penelitian dengan digarisi garis putus-putus.
BAB 3
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancang – bangun Penelitian
Desain penelitian adalah sesuatu yang vital dalam penelitian yang memungkinkan memaksimalkan suatu control beberapa faktor yang bisa mempengaruhi validasi suatu hasil. Suatu petunjuk peneliti dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian untuk mencapai suatu tujuan atau menjawab suatu pertanyaan ( Nursalam, 2003 : 80 )
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, karena penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran secara umum terhadap Pengetahuan Ibu Hamil Trimester III Tentang Proses Persalinan Fisiologi Kala II. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif . Penelitian kualitatif yaitu penelitian yang datanya dinyatakan dalam keadaan sewajarnya atau apa adanya ( naturalistik, natural setting ) tidak diubah dalam bentuk simbol – simbol atau bilangan dengan maksud untuk menemukan kebenaran dibalik data yang obyektif dan cukup ( Dr. Sukidin, M. Pd., Drs. Mundir, M. Pd., 2005 : 23 ).


21

B. Variabel
1. Pengertian Variabel
Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai beda terhadap sesuatu (Nursalam, 2003 : 102 ). Variabel dalam penelitian ini yaitu Pengetahuan Ibu Inpartu Tentang Proses Persalinan Fisiologi Kala II.
2. Definisi Operasional
Agar semua pihak memiliki pengertian yang sama mengenai istilah – istilah yang digunakan dengan penelitian ini, maka dikembangkan batasan istilah sebagai berikut :
VARIABEL
DEFINISI OPERASIONAL
KRITERIA
SKALA
Pengetahuan Ibu Inpartu tentang proses persalinan fisiologi kala II .
Segala sesuatu yang diketahui ibu tentang proses persalinan fisiologi kala II baik dari pengalaman membaca buku, menonton TV, maupun dari Bidan, meliputi :
- Pengertian
- posisi melahirkan
- cara meneran dan pernapasan
.
- Baik : bila jawaban yang benar 76%-100%
- Cukup : bila jawaban benar 56%-75%
- Kurang: bila jawaban benar 40%-55%
- Tidak Baik < style="">
(Arikunto, 2006 : 243)
Ordinal
Tabel 3.1. Definisi Operasional Pengetahuan Ibu Inpartu Tentang Proses Persalinan Fisiologi Kala II di BPS Wilayah Puskesmas Pesanggaran, Kecamatan Pesanggaran, Kabupaten Banyuwangi.
C. Populasi
Populasi adalah setiap subyek ( misalnya : manusia; pasien ) yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2006 : 93). Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah ibu-ibu perkiraan bersalin pada tanggal 16 Juli-14 Agustus sebanyak 105 responden .
D. Sampel
1. Pengertian Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Arikunto, 2006 : 131). Sampel dalam penelitian ini adalah ibu-ibu Inpartu di BPS wilayah puskesmas pesanggaran sebanyak 18 responden sesuai dengan kriteria yang ditetapkan.
Dengan Rumus :
N. z². p. q 105 (1, 96)². 0,5. 0,5
n = =
d ( N-1) + z. p. q (0,05) (105-1) + 1,96. 0,5. 0,5
100,842
=
5,69
= 17,7 = 18 responden
2. Teknik Sampling
Adalah merupakan teknik pengambilan sampel ( Prof. DR. Sugiyono, 2005 : 91 ). Pada pelitian ini menggunakan Nonprobability Sampling, dengan tehnik Sampling Asidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu yang secara kebetulan/Acidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data. Nonprobability Sampling adalah pengambilan anggota sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. ( Prof. DR. Sugiyono, 2005 : 91 ).
3. Kriteria Sampel
a. Kriteria inklusi
Adalah karakteristik umum subyek peneliti dari populasi target dan terjangkau yang akan diteliti. Karakteristik sampel yang dapat dimasukkan atau layak untuk diteliti yaitu :
(1). Ibu inpartu kala 1 fase laten
(2). Ibu inpartu yang bersedia menjadi responden
(3). Ibu inpartu yang bisa baca dan tulis
b. Kriteria eksklusi
Adalah sebagian subjek yang memenuhi kriteria inklusi harus dikeluarkan dari studi karena berbagai sebab, antara lain :
(1). Ibu inpartu kala I fase aktif
(2). Ibu inpartu yang tidak bersedia menjadi responden
(3). Ibu yang tidak bisa baca dan tulis
E. Waktu dan Tempat
1. Waktu : 29 Juli – 10 Agustus 2009
2.Tempat : Di BPS Wilayah Puskesmas Pesanggaran, Kecamatan Pesanggaran, Kabupaten Banyuwangi.
F. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
Terdapat dua hal pertama yang mempengaruhi kualitas data hasil penelitian, yaitu : Kualitas instrumen penelitian dan kualitas pengumpulan data. Kualitas instrument penelitian berkenaan variabel dan reliabelitas instrument dan kualitas pengumpulan data berkenaan dengan ketetapan cara-cara yang digunakan untuk mengumpulkan data. Oleh karena itu instrument yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya, belum tentu untuk menghasilkan data yang valid dan reabel, apabila instrument tersebut tidak digunakan secara tepat dalam pengumpulan datanya. ( Prof. Dr. Sugiyono, 2005 : 156 ).
Instrumen Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan instrumen kuesioner multiple choice yaitu tentang Pengertian, Posisi melahirkan, dan cara meneran yang benar proses persalinan kala II dengan mengedarkan formulir daftar pertanyaan yang diajukan secara tertulis kepada responden untuk mendapatkan jawaban. Kuesioner diedarkan oleh bidan-bidan wilayah puskesmas pesanggaran.
G. Teknik Analisa Data
Setelah data terkumpul dilakukan tabulasi, kemudian dilakukan prosentasi dengan menggunakan rumus berikut : Data yang terkumpul kemudian diolah dengan cara pemberian skor dan penilaian di mana setiap jawaban yang salah mendapat skor 0 dan jawaban yang benar mendapat skor 1. prosentase score jawaban yang benar pada kuesioner menggunakan rumus : (Budiarto, 2003 : 37):
Keterangan :
P = Persentase n = Jumlah Soal
f = Pertanyaan yang benar 100 = Konstanta
Hasil dari prosentase kemudian diinterprestasikan sebagai berikut ( Arikunto, 2006 : 243)
Baik : bila jawaban benar dengan nilai 76%-100%
Cukup : bila jawaban benar dengan nilai 56%-75%
Kurang : bila jawaban benar dengan nilai 40%-55%
Tidak Baik : bila jawaban kurang dari 40%
H. Etika Penelitian
Dalam melaksanakan penelitian, penelitian menyebarkan lembar kuesioner kesubyek yang akan diteliti dengan menekankan masalah etika meliputi :
1. Lembar Persetujuan Menjadi Mesponden
Lembar persetujuan Informet Concent diedarkan sebelum peneliti dilaksanakan kepada seluruh obyek yang akan diteliti, hal ini bertujuan supaya responden mengetahui maksud dan tujuan penelitian dan mengetahui dampak yang akan terjadi pada pengumpulan data. Jika responden bersedia diteliti, maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan tersebut, tetapi jika tidak bersedia untuk diteliti, peneliti harus menghormati hak-hak manusia.
2. Anonimity (tanpa nama)
Nama responden tidak perlu dicantumkan dalam lembar pengumpulan data, untuk mengetahui keikutsertaannya cukup menuliskan nama kode pada masing-masing lembar kuisioner atau lembar pengumpulan data.
Confidentiality
Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan dari responden dijamin kerahasiannya oleh peneliti.
I. Keterbatasan Penelitian.
Sampel yang digunakan terbatas pada Ibu-Ibu Inpartu di BPS Wilayah Puskesmas Pesanggaran, Kecamatan Pesanggaran, Kabupaten Banyuwangi.
BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dibahas tentang hasil dan pembahasan penelitian. Hasil Penelitian akan dibagi menjadi dua bagian yaitu data umum dan data khusus. Data umum meliputi pendidikan, pekerjaan, usia, dan paritas. Sedangkan data khusus meliputi Tingkat Pengetahuan Ibu Inpartu Tentang Proses Persalinan Kala II di BPS Wilayah Puskesmas Pesanggaran dengan jumlah sampel 18 orang.
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Puskesmas pesanggaran terletak di Jalan Ahmad Kusnan No.15, dibangun diatas tanah seluas ± 4.550 m². Luas puskesmas pesanggaran 37.43 km².
Batasan-Batasan Wilayah Puskesmas Pesanggaran :
a. Sebelah Utara berbatasan dengan desa Bangorejo dan Desa Tegalsari
b. Sebelah Barat berbatasan dengan desa Sumberagung
c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Selatan
d. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Siliragung
Tenaga kesehatan di puskesmas pesanggaran antara lain :
a. Dokter Umum : 2
b. Perawat Gigi : 1
c. Bidan : 8
d. Perawat : 10
2. Data Umum
a. Pendidikan
Tabel 4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di BPS Wilayah Puskesmas Pesanggaran, Juli- Agustus 2009.
No
Tingkat Pendidikan
Frekuensi
%
1
2
3
4
5
SD
SLTP
SMA
PERGURUAN TINGGI
Tidak Sekolah
3
5
10
0
0
16
28
56
0
0
Jumlah
18
100
Tabel 4.1. Menunjukkan distribusi responden berdasarkan pendidikan, responden yang pendidikan SMP sebanyak 5 orang atau 28 %.
b. Pekerjaan
Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan di BPS Wilayah Puskesmas Pesanggaran, Juli- Agustus 2009.
No
Pekerjaan
Frekuensi
%
1
2
3
4
5
PNS
TNI / POLRI
Wirasawasta
Tani
Tidak Bekerja
0
0
3
2
13
0
0
17
11
72
Jumlah
18
100
Tabel 4.2 menunjukkan distribusi responden berdasarkan pekerjaan, mayoritas ibu tidak bekerja yaitu sebanyak 13 orang atau 72 %.
c. Usia
Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Usia di BPS Wilayah Puskesmas Pesanggaran, Juli- Agustus 2009.
No
Umur
frekuensi
%
1
2
3
<20
20-35
>35
0
16
2
0
89
11
Jumlah
18
100
Tabel 4.3. menunjukkan distribusi responden berdasarkan usia, responden yang berusia 20-35 sebanyak 18 orang atau 89 %.
d. Paritas
Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Usia di BPS Wilayah Puskesmas Pesanggaran, Juli- Agustus 2009.
,
No
Paritas
frekuensi
%
1
2
3
Primipara
Multipara
Grande Multipara
10
8
0
56
52
0
Jumlah
18
100
Tabel 4.4. menunjukkan distribusi responden berdasarkan paritas ibu, responden yang belum pernah melahirkan (Primipara) sebanyak 10 orang atau 56 %.
3. Data Khusus
a. Pengetahuan Ibu Inpartu tentang Proses Persalinan Fisiologi Kala II di BPS Wilayah Puskesmas Pesanggaran, Juli- Agustus 2009.
Tabel 4.5. Distribusi frekuensi berdasarkan pengetahuan Ibu Inpartu tentang Proses Persalinan Fisiologi Kala II di BPS Wilayah Puskesmas Pesanggaran, Juli- Agustus 2009.
No
Tingkat Pengetahuan
frekuensi
%
1
2
3
Baik
Cukup
Kurang
0
12
6
0
67
33
Jumlah
18
100
Dari Tabel 4.5. di atas didapatkan bahwa 12 responden atau 67% mempunyai tingkat pengetahuan tentang proses persalinan fisiologi kala II dengan kategori cukup.
b. Komponen pengetahuan Ibu Inpartu tentang Proses Persalinan Fisiologi Kala II di BPS Wilayah Puskesmas Pesanggaran, Juli- Agustus 2009.
Tabel 4.6. Distribusi frekuensi berdasarkan komponen pengetahuan Ibu Inpartu tentang Proses Persalinan Fisologi Kala II di BPS Wilayah Puskesmas Pesanggaran, Juli- Agustus 2009.
No
Komponen Pengetahuan
Pengetahuan
Total
Baik
Cukup
Kurang frekuensi
Tidak baik
frekuensi
%
frekuensi
%
frekuensi
%
%
1.
2.
3.
Pengertian Persalinan
Posisi Melahirkan
Cara Meneran dan Pernapasan
2
3
5
11
17
28
4
8
5
22
44
28
7
5
7
39
28
39
5
2
1
28
11
5
18
18
18
100%
100%
100%
Dari Tabel 4.5. di atas didapatkan bahwa 8 responden atau 44 % mempunyai tingkat pengetahuan tentang posisi melahirkan dengan kategori cukup baik.
B. Pembahasan
Pada bagian ini peneliti akan membahas mengenai pengetahuan Ibu Inpartu Tentang Proses Persalinan Fisiologi Kala II.
Berdasarkan tabel 4.5 mengenai pengetahuan Ibu Inpartu Tentang Proses Persalinan Fisiologi Kala II didapatkan 12 responden (67 %) yang memiliki pengetahuan yang cukup baik, 6 responden (33 %) yang memiliki pengetahuan yang kurang, pada responden tidak terdapat pengetahuan baik dan tidak baik. Sedangkan untuk komponen pengetahuan dari pengertian proses persalinan didapatkan tingkat pengetahuan baik 2 responden (11%), cukup 4 responden (22%), kurang 7 responden (39%), tidak baik 5 responden (28%). Komponen pengetahuan berdasarkan posisi melahirkan didapatkan pengetahuan baik 3 responden (17%), cukup 8 responden (44%), kurang 5 responden (28%), kurang baik 2 responden (11%). Komponen pengetahuan berdasarkan cara meneran dan pernapasan pengetahuan baik 5 responden (27%), cukup baik 5 responden (28%),kurang 7 responden (39%), kurang baik 1 responden (5%).
Menurut Kuncoroningrat yang dikutip Nursalam, Siti Parinia (2001) makin tinggi pendidikan seseorang, makin mudah menerima informasi, sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya, hal ini terbukti dari penelitian yang telah dilakukan, didapatkan dari 18 responden yang terbanyak adalah yang mempunyai tingkat pengetahuan cukup baik yaitu 12 67%) responden yang mana dari 12 responden tersebut 10 responden mempunyai pendidikan SMA.
Semakin tingginya pendidikan seseorang maka diharapkan pola fikir dan pengetahuan individu tersebut semakin bertambah.
Hal tersebut di atas sesuai dengan pernyataan dari teori Notoadmodjo (2003 : 128 ), bahwa pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni : indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Salah satu faktor pengaruh pengetahuan adalah pendidikan suatu proses belajar yang berarti dalam pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan atau perubahan ke arah yang lebih dewasa, lebih baik dan lebih matang pada diri individu, kelompok, masyarakat. Kegiatan atau proses belajar ini terjadi dimana saja, kapan saja dan oleh siapa saja.
Namun demikian masih terdapat 33 % responden yang berpengetahuan kurang. Dengan demikian diharapkan angka kejadian persalinan lama pada ibu bersalin di Indonesia dapat berkurang. Hal ini sangat didukung dengan tingkat pengetahuan seseorang yang baik pula, pengetahuan sangat penting bagi diri sendiri maupun orang lain sehingga mari tingkatkan pengetahuan sebanyak – banyaknya.
BAB 5
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Dengan memperhatikan hasil penelitian berdasarkan data-data yang telah disajikan dalam bab sebelumnya beserta analisa data serta pembahasan, maka pengetahuan Ibu Inpartu tentang Proses Persalinan Fisiologi Kala II di BPS Wilayah Puskesmas Pesanggaran, Kecamatan Pesanggaran, Kabupaten Banyuwangi adalah sebagai berikut :
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa pengetahuan ibu inpartu tentang proses fisiologi kala II cukup baik.
B. Saran
Saran disini dapat dijadikan sebagai suatu masukan yang membangun yaitu :
1. Bagi Petugas Kesehatan
Diharapkan bagi Bidan-Bidan sebagai tenaga kesehatan di daerah Pesanggaran untuk selalu memberikan informasi baik secara lisan maupun dari media cetak dan vidio, serta mengajari ibu-ibu inpartu dan ibu hamil tentang proses dan tata cara persalinan sehingga ibu dapat mengaplikasikannya.
2. Bagi peneliti
Diharapkan agar lebih teliti dan akurat dalam melaporkan hasil penelitiannya.
36
3. Bagi responden
Setelah mengetahui berbagai macam materi tentang proses persalinan kala II, diharapkan dapat mengaplikasikan dalam persalinannya.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Dengan diketahui hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dalam penelitian selanjutnya dan lebih ditunjang dengan teknik dan metode yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Arif Mansjoer, 2001. Kapita Slekta Kedokteran. Edisi Ketiga. Jakarta : Media Aescullapius.
Arikunto, 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi VI. Jakarta
PT. Rineka Cipta.
Budiarto, 2003. Metode Penelitian. Jakarta : Alfabeta.
DEPKES, 2000. Buku Acuan Pelatihan Asuhan Persalinan Dasar. Jakarta : DRAFT.
Helen Varney, 2001. Buku Saku Bidan. Jakarta : EGC
Maimunah, 2005. Kamus Istilah Kebidanan. Jakarta : EGC.
Rustam, 2001. Obstetri Fisiologi dan Obststri Patologi, Jilid 1, Edisi 2. Jakarta : EGC.
Notoatmodjo, 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat, Edisi 2. Jakarta : RINEKA CIPTA.
Nursalam, 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan,edisi pertama. Jakarta : Salemba Medika..
Saifuddin, 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonata. Jakarta : YBP-SP.
Sugiyono, 2005. Metode Penelitian Administrasi. Jakarta : ALFABETA.
Sukidin & Mundir, 2005. Metode Penelitian. Jakarta : Insan Cendekia.
Supriatmaja. Hasil Penelitian Pengaruh Senam Hamil . (http:www. Kalbe. Co.id. ), April 2009
Sudijono, 2005. Statistik Pendidikan. Jakarta : PT. Raja Grafindo.
Wiknjosastro, 2006. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBP-SP.


SEMOGA BERMANFAAT, SALAM THEKIFOT
TERIMAKASIH SOBAT SUDAH MAU MAMPIR KE BLOG TheKiFOT, Silahkan Jika Ada Artikel Yang Bagus di Blog Ini Saya Izinkan Untuk "Mengcopy,Paste" Dengan Syarat Sertakan Seumbernya Yang Lengkap., Hormat Saya »TheKiFOT« Pemilik Tunggal Blog Ini.Terimakasih.
oncopy="return false;"