Uang recehan sering diremehkan karena nilainya yang kecil dan banyak
orang malas bertransaksi dengan duit koin itu. Uang receh dianggap
berguna hanya saat butuh kembalian jajan di supermarket atau kerokan pas
lagi masuk angin. Padahal, seberapa pun kecilnya, uang
tetaplah bernilai. Sama saja dengan kondisi di masyarakat. Rakyat kecil
mesti diperlakukan dengan baik sama seperti warga menengah-atas. Karena itulah, cara memperlakukan uang
receh bisa menjadi salah satu indikator perilaku orang tersebut.
Bahkan, kesuksesan masa depan orang baik dalam hal karier maupun
keuangan bisa dilihat dari sikapnya terhadap uang receh. Orang yang memperlakukan uang receh
sama dengan uang pecahan besar menandakan dia adalah orang yang adil.
Dia bisa menimbang baik-buruknya suatu keputusan yang akan diambil. Hal
ini bisa diterapkan baik dalam kerjaan maupun hidup berkeluarga. Di Dunia Kerja Misalnya seseorang menjabat supervisor
di suatu kantor. Jika ia menilai penting keberadaan uang receh,
tentunya anak-anak buahnya dianggap penting pula. Dia diharapkan bisa berlaku adil ke
bawahan dalam hal hak dan kewajiban. Anak buah mau cuti, misalnya, gak
dipersulit. Sebab, cuti adalah hak karyawan. Kalau sering menyepelekan anak buah ya gimana mau sukses?Begitu pula soal kewajiban. Jika ada yang bermalas-malasan, sepantasnya dia menegur.
Teguran itu bukan untuk menjatuhkan,
melainkan memotivasi agar dia bekerja lebih giat. Toh, jika kerjanya
bagus, dia akan mendapat ganjaran yang bagus pula. Dan ganjaran itu
berguna buat masa depannya. Kalau gak ada teguran, malah dia
sendiri yang rugi. Bisa saja tiba-tiba mampir surat peringatan. Makanya,
bersyukurlah kalau masih ditegur bos, karena itu berarti dia masih
perhatian. Dengan memiliki sikap seperti itu, pastinya sang supervisor menjadi idola anak buahnya. Kesuksesan karier pun di depan mata. Di Keluarga Berkeluarga bukan hanya soal membina
rumah tangga bersama pasangan. Lebih dari itu, keputusan berkeluarga
mendatangkan konsekuensi besar: menjaga keutuhan rumah tangga. Keutuhan ini bisa terjaga jika
keluarga diperhatikan dengan saksama. Ini antara lain terlihat dari
sikap kepala keluarga dalam memandang recehan. Cermat mengatur keuangan adalah kunci keluarga bahagiaMeski nilainya kecil buat dia, duit
itu akan sangat berarti buat anak-anak. Namun uang itu gak akan
diberikan begitu saja ke anak. Anak akan diberi penjelasan bahwa uang
itu mungkin hanya recehan, tapi manfaatnya tetap ada. Jika ditabung,
sedikit demi sedikit akan terkumpul banyak dan bisa dipakai untuk
membeli sesuatu.
Intinya, seseorang yang memperlakukan
uang dengan baik kemungkinan besar punya kehidupan yang baik pula dalam
soal keuangan. Orang yang menggunakan uang receh dan menghargai nilainya
sekecil apa pun menandakan dia adalah seseorang yang bijaksana. Hal ini juga berlaku buat uang dalam jumlah besar. Uang cepek-gopek saja dimanfaatkan sebaik-baiknya, apalagi yang jutaan. Pastinya terpikir olehnya akan
diapakan uang itu agar lebih berguna. Misalnya dipakai buat investasi.
Duit yang sudah banyak itu bisa menjadi lebih banyak lewat investasi. Atau yang paling simpel, ditabung.
Meski bunganya kecil, tabungan tetap penting untuk kebutuhan masa depan.
Terutama untuk dana cadangan. Loh bukannya duit yang ditumpuk, kok malah tagihan yang menggunung?Sebaliknya, kalau gak bijaksana, mungkin saja dia akan menghambur-hamburkannya begitu saja. Tanpa terasa, uang ludes semua. Atau malah uangnya jadi minus alias punya utang. Jadi, bagaimana dengan kita? Mau membuang-buang recehan atau memanfaatkannya?
Percaya deh, menikah itu bikin hidup makmur. Bukan sekadar makmur di hati karena punya pasangan, tapi juga makmur materi. Enggak percaya? Coba deh cek tagihan pajak. Beban pajak mereka yang menikah pasti lebih kecil daripada yang masih jomblo! Keuntungan lainnya adalah mudahnya
mendapatkan kredit. Menikah itu ternyata membuat pengurusan kredit jadi
lebih mudah karena ada jaminan keluarga lewat persetujuan pasangan. Hal
yang sulit didapatkan bagi yang masih single.
Itu baru sebagian kecil keuntungannya lho! Masih banyak lagi deretan
benefit keuangan bagi yang sudah berani mengucapkan ijab kabul di depan
penghulu.
Cuma jangan melulu lihat dari situnya saja. tetap pikirkan soal
perencanaan keuangan dong biar bahtera rumah tangga makin sehat.
Manajemen keuangan keluarga ini yang akan mempengaruhi semua keputusan
saat ini dan di masa depan. Bagaimana menikah bisa bikin makmur? Cek dulu cara mengelola keuangan pasangan di bawah ini.
1.Diskusikan prioritas finansial bersama pasangan
Menikah itu pada esensinya menyatukan
dua individu yang berbeda. Perbedaan di sini termasuk juga dalam urusan
keuangan. Di sinilah pentingnya kompromi mengingat masa depan sudah
menjadi milik berdua. Awal menikah tentu berjuta rasanya, tapi tantangan sebenarnya baru muncul di tahun pertama Maka itu diskusi terkait prioritas
keuangan menjadi mutlak. Manakah yang diutamakan dan mana yang bisa
ditunda. Misalnya saja memprioritaskan pembelian rumah ketimbang
mencicil kendaraan. Termasuk juga kapan mulai mempersiapkan keuangan
untuk buah hati.
2. Tunjuk menteri keuangan keluarga
Tinggal kesepakatan saja siapa yang
menjadi menteri keuangan keluarga. Ingat ya, jabatan prestisius ini
bukan monopoli istri, suami pun juga bisa. Perannya sangat menentukan
terhadap kesehatan keuangan keluarga. Karena di tangan dialah masuk dan
keluarnya duit ditentukan. Dengan menerapkan sistem satu pintu
dalam keuangan maka memudahkan pengaturan arus uang keluar dan masuk. Di
samping itu, cara ini juga memudahkan kontrol terhadap keuangan.
3. Besaran pengeluaran living cost
Bicarakan bersama pasangan untuk
menentukan limit pengeluaran living cost atau pengeluaran rutin selama
sebulan. Enggak usah pelit-pelit karena yang penting ada angkanya. Untuk menentukan angkanya, mungkin
bisa eksperimen dulu selama tiga bulan. Hitung semua pengeluaran rutin
seperti tagihan listrik, belanja bulanan, transportasi, dan rekreasi.
Kemudian bandingan pengeluaran selama tiga bulan itu agar mendapatkan
angka yang pas. Tujuan dari menetapkan anggaran
living cost ini agar memudahkan mengkalkulasi pengeluaran tiap bulan. Di
samping itu bisa juga menganalisa pos-pos mana yang bisa dikurangi
pengeluarannya. Misalnya pos rekreasi atau transportasi. Punya tabungan pribadi juga boleh kok misalnya untuk memenuhi target tertentu
4. Batas atas pengeluaran uang
Bicara batas atas atau bawah bukan
melulu soal tarif angkutan umum, tapi juga bisa berlaku dalam keuangan
keluarga. Maksudnya, tetapkanlah batas atas yang bisa ditolerir dalam
pengeluaran tiap bulan. Jadi misalnya batas atas belanja
bulanan Rp 1,5 juta, batas atas biaya transportasi Rp 500 ribu, dan
seterusnya. Bila sudah lewat batas atas, itu menjadi alarm untuk
evaluasi. Apakah memang kebutuhan naik atau terjadi pemborosan?
5. Pos tabungan sebagai pengeluaran wajib
Jangan ikuti prinsip orang preman
yang ketika pegang duit maka langsung dihabiskan. Hal itu dilakukan
karena mereka mengaku tak punya hari esok. Tentunya beda dong sama yang
sudah menikah. Masa depan itu milik berdua. Background inilah yang memaksa
pentingnya menabung. Usahakan nilai uang yang ditabung tetap sama dengan
cara memotong di awal. Masukan pos tabungan sebagai pengeluaran wajib.
Tujuannya agar tak lagi menunda-nunda menabung.
6. Catat semua pengeluaran dan pemasukan
kesannya sepele ya, catat semua
pengeluaran dan pemasukan. Awal-awal sih semangat, tapi kemudian jadi
malas. Padahal, konsistensi itu wajib di urusan ini. Sebenarnya ada cara mudah mencatat
pengeluaran tanpa harus menulis satu per satu. Gunakan transaksi lewat
kartu kredit atau kartu debit. Tinggal print saja tiap bulan karena
semua transaksi yang dilakukan otomatis tercatat di situ.
7. Kelola aset
Ketika menikah, maka aset menjadi
milik berdua. Ada baiknya bicarakan juga soal monetisasi aset agar
mendapat tambahan pendapatan. Misalnya menyewakan kendaraan yang sudah
dimiliki, menyewakan tanah atau rumah dan sebagainya. Dana darurat atawa asuransi juga wajib, sisihkan saja sekian persen untuk premi atau ditabung
8. Asuransi/dana darurat
Ketika sudah berkeluarga, berarti
perlu memikirkan asuransi jiwa atau asuransi lainnya seperti pendidikan
maupun kesehatan. Asuransi pada prinsipnya adalah mengalihkan risiko
finansial bila terjadi musibah yang tak diinginkan. Nah, agar keuangan
keluarga tak terganggu, bisa memilih instrument asuransi. Bila kurang nyaman dengan asuransi,
mungkin bisa memikirkan dana darurat. Fungsinya sebagai antisipasi jika
ada hal-hal yang tiba-tiba terjadi menuntut dana yang cukup besar.
9. Perencanaan keuangan boleh diubah
Perencanaan keuangan itu bukan kitab
suci yang tak boleh diubah. Artinya, silakan direvisi untuk menyesuaikan
dengan keadaan. Tentunya dengan persetujuan pasangan. Misalnya saja perubahan itu bila
tiba-tiba mendapat kabar istri hamil sehingga perlu menjadwal ulang
semua rencana keuangan yang sudah disusun. Itulah poin-poin yang bisa membantu
mengatur keuangan lebih baik seusai menikah. Tentunya masing-masing
keluarga punya prioritas yang berbeda dan cara pengaturan yang berbeda. Pada akhirnya, egoisme harus ditekan banget demi keluarga yang akan kau bangun Hanya yang perlu digarisbawahi,
mengelola keuangan ditujukan untuk menjamin hidup masa depan. Hidup
bersama pasangan dan tentunya calon anggota keluarga baru nantinya.