Menikah Bisa Bikin Lebih Makmur, Asal Kamu Lakukan 9 Cara Mengelola Keuangan Pasangan ini
Percaya deh, menikah itu bikin hidup makmur. Bukan sekadar makmur di hati karena punya pasangan, tapi juga makmur materi. Enggak percaya? Coba deh cek tagihan pajak. Beban pajak mereka yang menikah pasti lebih kecil daripada yang masih jomblo! Keuntungan lainnya adalah mudahnya
mendapatkan kredit. Menikah itu ternyata membuat pengurusan kredit jadi
lebih mudah karena ada jaminan keluarga lewat persetujuan pasangan. Hal
yang sulit didapatkan bagi yang masih single.
Itu baru sebagian kecil keuntungannya lho! Masih banyak lagi deretan
benefit keuangan bagi yang sudah berani mengucapkan ijab kabul di depan
penghulu.
Cuma jangan melulu lihat dari situnya saja. tetap pikirkan soal
perencanaan keuangan dong biar bahtera rumah tangga makin sehat.
Manajemen keuangan keluarga ini yang akan mempengaruhi semua keputusan
saat ini dan di masa depan. Bagaimana menikah bisa bikin makmur? Cek dulu cara mengelola keuangan pasangan di bawah ini.
1.Diskusikan prioritas finansial bersama pasangan
Menikah itu pada esensinya menyatukan
dua individu yang berbeda. Perbedaan di sini termasuk juga dalam urusan
keuangan. Di sinilah pentingnya kompromi mengingat masa depan sudah
menjadi milik berdua. Awal menikah tentu berjuta rasanya, tapi tantangan sebenarnya baru muncul di tahun pertama Maka itu diskusi terkait prioritas
keuangan menjadi mutlak. Manakah yang diutamakan dan mana yang bisa
ditunda. Misalnya saja memprioritaskan pembelian rumah ketimbang
mencicil kendaraan. Termasuk juga kapan mulai mempersiapkan keuangan
untuk buah hati.
2. Tunjuk menteri keuangan keluarga
Tinggal kesepakatan saja siapa yang
menjadi menteri keuangan keluarga. Ingat ya, jabatan prestisius ini
bukan monopoli istri, suami pun juga bisa. Perannya sangat menentukan
terhadap kesehatan keuangan keluarga. Karena di tangan dialah masuk dan
keluarnya duit ditentukan. Dengan menerapkan sistem satu pintu
dalam keuangan maka memudahkan pengaturan arus uang keluar dan masuk. Di
samping itu, cara ini juga memudahkan kontrol terhadap keuangan.
3. Besaran pengeluaran living cost
Bicarakan bersama pasangan untuk
menentukan limit pengeluaran living cost atau pengeluaran rutin selama
sebulan. Enggak usah pelit-pelit karena yang penting ada angkanya. Untuk menentukan angkanya, mungkin
bisa eksperimen dulu selama tiga bulan. Hitung semua pengeluaran rutin
seperti tagihan listrik, belanja bulanan, transportasi, dan rekreasi.
Kemudian bandingan pengeluaran selama tiga bulan itu agar mendapatkan
angka yang pas. Tujuan dari menetapkan anggaran
living cost ini agar memudahkan mengkalkulasi pengeluaran tiap bulan. Di
samping itu bisa juga menganalisa pos-pos mana yang bisa dikurangi
pengeluarannya. Misalnya pos rekreasi atau transportasi. Punya tabungan pribadi juga boleh kok misalnya untuk memenuhi target tertentu
4. Batas atas pengeluaran uang
Bicara batas atas atau bawah bukan
melulu soal tarif angkutan umum, tapi juga bisa berlaku dalam keuangan
keluarga. Maksudnya, tetapkanlah batas atas yang bisa ditolerir dalam
pengeluaran tiap bulan. Jadi misalnya batas atas belanja
bulanan Rp 1,5 juta, batas atas biaya transportasi Rp 500 ribu, dan
seterusnya. Bila sudah lewat batas atas, itu menjadi alarm untuk
evaluasi. Apakah memang kebutuhan naik atau terjadi pemborosan?
5. Pos tabungan sebagai pengeluaran wajib
Jangan ikuti prinsip orang preman
yang ketika pegang duit maka langsung dihabiskan. Hal itu dilakukan
karena mereka mengaku tak punya hari esok. Tentunya beda dong sama yang
sudah menikah. Masa depan itu milik berdua. Background inilah yang memaksa
pentingnya menabung. Usahakan nilai uang yang ditabung tetap sama dengan
cara memotong di awal. Masukan pos tabungan sebagai pengeluaran wajib.
Tujuannya agar tak lagi menunda-nunda menabung.
6. Catat semua pengeluaran dan pemasukan
kesannya sepele ya, catat semua
pengeluaran dan pemasukan. Awal-awal sih semangat, tapi kemudian jadi
malas. Padahal, konsistensi itu wajib di urusan ini. Sebenarnya ada cara mudah mencatat
pengeluaran tanpa harus menulis satu per satu. Gunakan transaksi lewat
kartu kredit atau kartu debit. Tinggal print saja tiap bulan karena
semua transaksi yang dilakukan otomatis tercatat di situ.
7. Kelola aset
Ketika menikah, maka aset menjadi
milik berdua. Ada baiknya bicarakan juga soal monetisasi aset agar
mendapat tambahan pendapatan. Misalnya menyewakan kendaraan yang sudah
dimiliki, menyewakan tanah atau rumah dan sebagainya. Dana darurat atawa asuransi juga wajib, sisihkan saja sekian persen untuk premi atau ditabung
8. Asuransi/dana darurat
Ketika sudah berkeluarga, berarti
perlu memikirkan asuransi jiwa atau asuransi lainnya seperti pendidikan
maupun kesehatan. Asuransi pada prinsipnya adalah mengalihkan risiko
finansial bila terjadi musibah yang tak diinginkan. Nah, agar keuangan
keluarga tak terganggu, bisa memilih instrument asuransi. Bila kurang nyaman dengan asuransi,
mungkin bisa memikirkan dana darurat. Fungsinya sebagai antisipasi jika
ada hal-hal yang tiba-tiba terjadi menuntut dana yang cukup besar.
9. Perencanaan keuangan boleh diubah
Perencanaan keuangan itu bukan kitab
suci yang tak boleh diubah. Artinya, silakan direvisi untuk menyesuaikan
dengan keadaan. Tentunya dengan persetujuan pasangan. Misalnya saja perubahan itu bila
tiba-tiba mendapat kabar istri hamil sehingga perlu menjadwal ulang
semua rencana keuangan yang sudah disusun. Itulah poin-poin yang bisa membantu
mengatur keuangan lebih baik seusai menikah. Tentunya masing-masing
keluarga punya prioritas yang berbeda dan cara pengaturan yang berbeda. Pada akhirnya, egoisme harus ditekan banget demi keluarga yang akan kau bangun Hanya yang perlu digarisbawahi,
mengelola keuangan ditujukan untuk menjamin hidup masa depan. Hidup
bersama pasangan dan tentunya calon anggota keluarga baru nantinya.