Pada suatu masa beberapa tahun lalu, gue
pernah naksir cewek sekampung. Sebut saja namanya Bunga, ga pake Citra
Lestari. Kala itu dia baru aja lulus kedokteran di Jakarta. Ga terlalu
cantik sih tapi ga malu2in buat digandeng ke kondangan. Body-nya semok
berlebihan seperti gitar spanyol hampir bodol. Udah gitu bokapnya tajir
biadab, masuk daftar 547 orang terkaya sekampung. Sawahnya luas sapinya
ba
nyak mobilnya delapan istrinya tiga. Bayangin deh!
Begitu Bunga udah balik dari ibu kota, cowok2 kampung langsung sibuk merenovasi diri buat modal mendekati Bunga. Gue juga, walau dgn modal yg ga seberapa pantas untuk dibanggakan, tetap ga mau kalah. Maju terus pantang malu. Jaman penjajahan aja, para pahlawan cuma bermodal bambu yg diruncingin, ga gentar kok melawan kompeni yg pake bedil.
Singkat status, setelah pedekate alakadarnya, gue langsung nembak Bunga. Simpel aja. Ga pakai cincin, ga pake seiket kembang, ga didahului pembacaan puisi, ga disiarin langsung di tipi. Lokasinya pun amat simpel: di sebelah kandang sapi! Bukan di restoran mewah bercahayakan lilin kecil apalagi di kapal pesiar.
"Selama di Jakarta, kamu makin sesuatu deh?" Gue memulai.
"Alhamdulillah yah? Tapi maksudnya apa?" Bunga ga ngerti.
"Maksud aku, kamu makin bahenol, makin manis, makin imut. Aku makin gemes. Mau ga kutendang?"
"Ihh! Ya enggaklah!"
"Ditendang ga mau. Kalo jadi pacarku mau ga?"
Peluru udah ditembakan. Target langsung melongo dongo. Dlm hati gue berdoa semoga peluru cinta gue tadi ga salah sasaran mengenai sapi.
"Aku cinta sama kamu, Bung..
Peluru kedua. Untuk sesaat Bunga terhenyak. Mulutnya bergerak2 seperti mau ngomong sesuatu tapi ga sanggup. Mungkin dia syok, seumur hidupnya dia ga pernah menyangka bakal ditembak oleh cowok terganteng di seantero desa ini.
"Ka.. Kamu serius?" Tanya Bunga dgn suara terbata2.
"Serius!"
"Serius banget apa serius aja?"
"Serius banget!"
"Serius banget nget nget nget nget?!"
"Iya Bunga. Iya."
"Okay. Kalo emang bener2 serius, ayo kamarku sekarang?"
"Hah? Masuk kamar? Ngapain?!"
"Udah h
ayuk, aku mau tunjukin sesuatu ke kamu, xixixi..
Bunga langsung meraih tangan gue dgn mesra. Owh... Indahnya dunia. Rumput2 seakan menjadi bunga. Kandang sapi bagaikan istana.
Lalu Bunga menarik tangan gue, dibawanya menjauh dari istana eh kandang sapi, menuju rumahnya.
"Ayo ke atas, kamarku di lantai 3" Kata Bunga tersenyum genit.
"Beneran ke kamar?" tanya gue deg-degan, gue merasa sebentar lagi keperjakaan gue bakal hilang.
Bunga terus menuntun gue naik.
Sampai di lantai 3, Bunga langsung membukakan pintu kamar untuk gue. Kreekk..
"Silahkan masuk... " Kata Bunga dgn manisnya.
Suer?! Gue masih belum sepenuhnya percaya, bisa berduaan sama Bunga, di kamarnya yg wangi, serta ranjang yg bagus dan bersih. Gue bentur2in kepala ke dinding. Dug! Dug! Dug! Sakit Bay?! Berarti ini bukan mimpi?
"Udah di kamar nih, trus...?" Kata gue malu2 kucing garong, makin deg-degan, dalam benak udah tergambar adegan ariel luna maya.
"MinHo, kamu ke lemari itu bentar deh..
"Emang ada apa?" Tanya gue sambil jalan ke lemari.
"Di lemari itu kan ada cerminnya? Nah, seharusnya sebelum nembak gue tuh lo bercermin dulu?! Lo tuh siapa?! Ngaca woey! NGACA!!" *banting beha*
Gue: *depresi dua bulan* LIKE=> TheKiFOT