SALAM HANGAT »TheKiFOT« “Kesuksesan ataupun kegagalan masa depan Anda tergantung dari keputusan Anda saat ini, Di mana ada kemauan dan keberanian untuk memutuskan, di situlah kesuksesan menanti Anda. Tapi yakinlah bahwa tidak ada kata terlambat untuk memulainya”.

Lima Pertanyaan Sebelum Menikah

JAKARTA - Kamu beberapa kali ditanya orangtua dan keluarga, "kapan menikah" karena umur sudah mencukupi. Lalu buru-buru mencari calon menikah untuk melegakan orangtua. Atau sudah pacaran lama, tapi gak juga menikah, malu dianggap gak bertanggungjawab, lalu buru-buru menikah. Atau karena teman-temanmu seangkatan sudah menikah dan punya anak, lalu kamu memutuskan menikah? Atau kamu tidak enak mau memutuskan pacarmu dan pasrah saja saat diajak menikah? Pertanyaannya, apakah menikah adalah pilihan yang tepat bagimu? Apa yang perlu kamu ketahui sebelum kamu siap untuk mengikat janji pernikahan? Coba jawablah beberapa pertanyaan dibawah ini sebagai introspeksi :
1. Apa yang kamu cari dalam hidup pernikahan?
Pertanyaan ini nampaknya sangat filosofis dan susah untuk dijawab. Tapi coba carilah jawaban sederhana yang spontan dari dirimu. Kalau kamu hanya fokus pada perubahan status dari single to married, atau fokus pada mencari kebahagiaan dalam pernikahan, silakan untuk merenung dulu sebelum mengikat janji. Kebahagiaan itu pasti hal yang dicari dan setiap orang berhak untuk bahagia. Namun saat sudah menikah, apakah momen bahagia itu datang setiap detik dan waktu? Ada kalanya yang tidak muncul saat pacaran, akan muncul pada saat menikah. Nah, coba saya ganti pertanyaan yang saya lontarkan di atas dengan pertanyaan yang lain : Siapkah kamu menghadapi susah dan sedih bersama pasanganmu? Siapkah kamu menerima dan melengkapi kekurangan pasanganmu?Atau kamu tidak bisa mentoleransi pada hal-hal yang bahkan sangat sepele dia lakukan? Kalau jawaban dari pertanyaan yang terakhir adalah iya, coba renungkan baik-baik, apakah kamu menyayanginya?
2. Apakah kamu tertarik pada pesta pernikahan dan bukan pernikahannya karena kamu suka pesta dan ingin menjadi raja atau ratu sehari dalam waktu dekat?
Kue, bunga dan pernak-pernik pernikahan itu menarik semua.Tapi ada yang lebih dipertaruhkan daripada satu hari pesta pernikahan. Pernikahanmu adalah seumur hidup. Kamu tidak hanya ingin menikah, kamu ingin menikah dengan bahagia. Pikirkan tentang 50 tahun ke depan. Selain membicarakan pesta pernikahan, diskusikan kesepakatan pranikah dengan pasanganmu, uraikan bagaimana kalian akan menangani anak-anak, disiplin, sex education, pengelolaan uang, pembagian kerja, agama, karir, pensiun, mertua, dsb.
Jika kamu tidak berencana untuk mendiskusikan topik ini, kamu akan cenderung sulit di kemudian hari untuk menggabungkan dua kehidupan bersama-sama.
3. Mengapa kamu menikah?
Jujurlah dalam mengevaluasi alasan kamu merencanakan pernikahan.Tulis daftar pro dan kontra tentang pasangan kamu dan hubungan kalian berdua. Jika kamu dan pasangan belum pernah membicarakan hal ini, pastikan adanya diskusi antara dua hati, mengapa kalian memutuskan untuk menikah. Pastikan kamu tidak menikah untuk melarikan diri atau menghindari sesuatu. Apakah kamu hanya ingin menikah dan itu saja alasannya? Itu bukan alasan yang cukup baik. Jika kamu mual atau demam atau merasa tidak enak badan setiap saat belanja baju pengantin atau catering atau perlengkapan pernikahan yang lain, perhatikanlah bahwa tubuhmu sedang berbicara dengan jujur. Sisihkan waktu untuk introspeksi. Kamu ingin menikah sekali untuk selamanya?
4. Bisakah kamu menerima masa lalu pasanganmu?
Apakah kamu paham, percaya dan menerima terhadap masa lalu pribadi pasanganmu? Karena hal terbaik untuk memprediksi perilaku masa depan adalah dari perilaku masa lalu yang relevan. Belajarlah dari hal tersebut. Bagaimana pasanganmu berperilaku dalam hubungan masa lalu? Bagaimana pasanganmu berperilaku saat denganmu? Bagaimana pasanganmu belajar dari pernikahan orangtuanya? Apa yang pasangan kamu pelajari tentang pernikahan orang tuanya? Lihatlah secara dekat orang tua pasanganmu. Anak-anak belajar dari hidup mereka selama ini. Bukan berarti, anak dari orangtua bercerai lalu akan selalu bercerai. Mungkin bahkan mereka akan lebih menghargai pernikahan dan mempertahankannya. Tetapi fokusnya adalah, diskusikan tentang hal ini dalam sesi-sesi pacaranmu.
5. Sudahkah kamu mengkomunikasikan kebutuhan dan harapanmu pada pasanganmu?
Kenali dirimu. Kamu tidak dapat menentukan apakah seseorang adalah baik bagimu jika kamu sendiri tidak tahu kebutuhanmu sendiri. Ini tidak egois kok. Ini demi untuk memiliki tujuan dalam hubungan. Saling mengungkapkan kebutuhan dan harapan sekarang sebelum menikah, dan bukan ketika kamu sudah dalam pernikahan. Lalu sampaikan apa yang benar-benar membuatmu menilai bahwa pasanganmu mutlak melanggar komitmen? Sebaliknya, apakah kamu juga tahu harapan dan kebutuhan pasangan kamu?
Jadi intinya, menikahlah saat kamu siap secara mental, dan bukan saat kamu kesepian. Sudah sering mendengar hal inikan? Nah, coba renungkan beberapa pertanyaan di atas dan terapkan sebelum kamu mengikat janji nikah.


Artikel Terkait:



SEMOGA BERMANFAAT, SALAM THEKIFOT
TERIMAKASIH SOBAT SUDAH MAU MAMPIR KE BLOG TheKiFOT, Silahkan Jika Ada Artikel Yang Bagus di Blog Ini Saya Izinkan Untuk "Mengcopy,Paste" Dengan Syarat Sertakan Seumbernya Yang Lengkap., Hormat Saya »TheKiFOT« Pemilik Tunggal Blog Ini.Terimakasih.
oncopy="return false;"