Keimanan dalam Islam
Keimanan itu, suatu keyakinan yang dipercayai sepenuh jiwa dan hati. Di dalam agama Islam itu ada Enam Rukun Iman yang harus diyakini setiap Muslim seperti tersebut di bawah ini.
Iman kepada Allah.
Mempercayai bahwa Allah itu adalah Zat (essensi) dan Ada (eksistensi) pada Allah Maha Esa itu merupakan satuan, Ada pada Allah itu bersifat mutlak, berbeda dengan eksistensi manusia bersifat nisbi. Aliran Sunni menambahkan beberapa Sifat-Ilah yang merupakan suatu kemestian pada zat-
nahi, yaitu Azali (al-Qidam), kekal tanpa batas (al-
Baqa), berbeda dengan setiap kebaharuan (Mukhâ
lafat lil Hawâdits),
keberadaannya itu pada zat-Nya sendiri (Qiyâmuhu bi Nafsihi), maha esa (al-Wahdâniyat), berkemampuan tanpa batas (al-Qudrat), berkemauan tanpa hambatan (al-Irâ
dat), tahu atas setiap sesuatu (al-
Ilmu), hidup (al-Hay�
�t), mendengar (al-
Samak), menyaksikan (al-Bashar), berbicara menurut zat-Nya (al-Kalam).
Itulah tigabelas sifat yang dinyatakan mesti pada zat Allah. Dalam pada itu ada sifat-sifat yang mustahil pada zat Allah, yaitu lawan dari sekaliannya itu.
Iman kepada Rasul-
Rasul.
Kecuali mesti beriman terhadap Nabi Muhammad, yang merupakan bagian kedua pada Syahadatain, maka setiap Muslim diwajibkan pula mempercayai Rasul-
Rasul Allah pada masa-masa sebelumnya dan memuliakannya.
Di dalam kitab suci Al-Qur'an terdapat nama dua puluh lima Rasul Allah, yang satu persatunya disebutkan dengan nyata, yaitu :
- Adam,
- Idris,
- Nuh,
- Hud,
- Shalih,
- Ibrahim,
- Luth,
- Ismail,
- Ishak,
- Yaakub,
- Yusuf,
- Ayub,
- Zulkifli,
- Syu'aib,
- Musa,
- Harun,
- Daud,
- Sulaiman,
- Ilyas,
- Ilyasa,
- Yunus,
- Zakharia,
- Yahya,
- Isa,
- Muhammad.
Disamping nama-nama yang tersebut di atas itu harus diimani bahwa masih banyak Rasul-Rasul dan Nabi-Nabi lainnya, yang nama satu persatunya tidak disebut.
"Kami utus pada setiap ummat itu seorang Rasul",
(Nahal, 16:36).
"Kami tidak akan memikulkan siksa (atas sesuatu ummat) kecuali lebih dahulu Kami utus seorang Rasul,"
(Isra', 17:15).
Iman kepada Kitab-
Kitab Allah.
Setiap Muslim diwajibkan mengimani bahwa kepada setiap ummat pada masa-masa sebelumnya itupun diturunkan Kitab Allah, seumpama : Taurat Musa, Zabur Daud, dan Injil kepada Nabi Isa. Akan tetapi kitab-
kitab Allah itu sudah tidak asli pada masa Nabi Muhammad oleh karena sudah mengalami berbagai tambahan dan perubahan oleh tangan manusia.
"Mereka telah mengubah-ubah kalam Allah dari pengertian yang semestinya",
(Maidah, 5 : 13).
"Mereka mendengar kalam-
Allah, kemudian merubahnya setelah mempertimbangkan masak-masak",
(Baqarah, 2:75).
"Celakalah! bagi mereka yang telah menulis Alkitab dengan tangannya dan lalu mengatakan Alkitab itu datang dari sisi Allah",
(Baqarah, 2:79).
Thesis no.14-15 dan gerakan Modernisasi dalam dunia Keristen sendiri pada awal abad ke-20 telah mengakui kenyataan yang diungkapkan kitab suci Al-Qur'an pada abad ke-7 masehi itu, berbunyi :
"In many narrations: the Evangelists recorded;
not so much thing that are true, as things which, even though false, they judged to be more profitable for their readers. Until the time canon was defined and constituted, the Gospels were increased by additons and corrections. There fore there remained in them only a faint and uncertain trace of the doctrine of Christ." Bermakna:
"Dalam banyak kisah-kisah para Penginjil itu mencacat, bukan karena perkara-
perkara itu dipandang benar, tapi karena perkara-
perkara itu - sekalipun - palsu - dipandang dapat menguntungkan pihak pembacanya. Sampai kepada masa pokok-pokok doktrin didefinisikan dan ditetapkan maka Injil-Injil itu telah meningkat oleh tambahan-tambahan dan perbaikan-
perbaikan isinya. Justru karena itu di dalamnya cuma tinggal jejak yang samar dan takpasti mengenai ajaran Jesus Kristus".
Gerakan Modernisasi dalam dunia Kristen itu sejak awal abad ke-20 melahirkan : Unitarian Church, dan Liberal Church, dan Free Church. Gerakan Modernisasi dalam dunia Kristen itu menganut keyakinan bahwa Allah itu Maha Esa tanpa oknum dan Jesus Kristus itu manusia biasa tetapi menjabat Rasul Allah (Prophet of God).
Iman kepada Malaikat.
Setiap Muslim diwajibkan mempercayai eksistensi Malaikat, yakni makhluk rohani yang senantiasa tetap ber-Tasbih kepada Allah Maha Esa,
(Zummar, 39:75).
Jumlahnya sangat banyak dan cuma Allah saja mengetahui jumlahnya itu. Sebagian daripadanya memegang jabatan-
jabatan tertentu, seumpama :
Jibrail, Mikhail, Izrail, Israfil,
dan lainnya.
Manusia itu didampingi senantiasa oleh dua Pencatat Mulia (Kirâ
man Kâtibîn), yang mencatat setiap gerak-laku dan perbuatan manusia itu, baikpun kebajikan maupun kejahatan,
(Infithar, 82: 10-19).
Kecuali harus mempercayai makhluk-
makhluk rohani yang disebut Malaikat itu,
maka agama Islam itupun mengakui eksistensi dua jenis makhluk rohani lainnya; Pertama, makhluk-makhluk rohani yang bersifat jahat dan senantiasa berusaha untuk menggoda dan menyesatkan manusia, yaitu iblis dan al Syayathin. Kedua, makhluk-
makhluk rohani yang dibebani Taklif, seperti juga halnya dengan manusia, yaitu Jin dan al-
Jann.
Iman kepada Hari Kebangkitan.
Setiap Muslim diwajibkan mempercayai bahwa alam semesta itu pada suatu waktu kelak akan mengalami kehancuran dan kemusnahan, kemudian akan disusul dengan Hari Kebangkitan (Qiamat wal Ba'tsi).Manusia dibangkitkan kembali untuk menghadapi Peradilan Terakhir atas segala tindak-
lakunya di dalam kehidupan duniawi,
(Baqarah. 2:56;
Mujâdalah. 58: 6,
8;
Mukminûn, 23:101;
Nahal, 16:84,
89).
Kitab Hidup satu persatunya akan diserahkan dari arah kiri dan dari arah kanan, yang mencatat segalanya, baikpun yang paling kecil, jangankan yang besar,
(Isrâ', 17: 71;
Hâqqah, 69:19,
24;
Insyiqaq, 84:7,
10;
Muthaffifîn, 83 :7,
18;
Kahfi, 18:30).
Allah dengan begitu tidak sewenang-
wenang atas setiap keputusanNya, yakni Keputusan Terakhir.
Iman kepada Qadha dan Qadar.
Qadha dan Qadar itu bermakna : Ketetapan dan Perhinggaan. Dimaksudkan ialah ketetapan dan perhinggaan dari pihak Allah terhadap makhluk-Nya.
Mari umpamakan kepada diri anda. Bukan anda yang memilih dan menetapkan siapa ibu-
bapa anda. Bukan anda yang memilih dan menentukan dimana anda terlahir. Bukan anda yang memilih dan menentukan apabila anda itu terlahir. Bukan anda yang memllih dan menentukan apabila anda itu tutup-usia. Sekaliannya itu adalah Ketetapan dan Perhinggaan dari Allah Maha Kuasa.
Akan tetapi kita akan tidak kuasa berbuat apapun juga kecuali kita itu hidup. Maka disitu berlaku pula Ketentuan dan Perhinggaan dari Allah Maha Kuasa, yaitu menganugerahkan Hidup. Disamping anugerah itu maka Allah Maha Kuasa menganugerahkan pula Iradat yang terbatas dan Qodrat yang terbatas, yakni Kemauan dan Kemampuan. Hidup. Dengan tiga anugerah itu manusia punya Kebebasan untuk memilih jalan kehidupannya. Terhadap kebebasannya itulah dipikulkan Tanggung-
jawab (Taklif) atas setiap tindak-laku dan perbuatannya di dalam kehidupan duniawi,
(Kahfi, 18: 29;
Baqarah, 2: 286),
baikpun amal Kebajikan maupun amal Kejahatan.
Sumber : http://tagtag.com