Di desa yang terpencil hiduplah gadis yang cantik jelita namanya Lindung Bulan. Dengan kecantikannya banyak pemuda dan pangeran datang melamarnya. Tak seorang pun diterima, karena Lindung Bulan merasakan bahwa mereka hanya ingin menikahi karena kecantikannya saja. Lindung Bulan beranggapan bahwa jika dirinya tidak secantik sekarang lagi, pasti mereka akan meninggalkannya.
Suatu kertika, datanglah seorang pemuda yang baru datang dari tempat kerjanya Sebagai pencari batu. Tanpa disengaja, dia bertemu Lindung Bulan di dekat rumahnya. Pemuda itu adalah pemuda yang baik. Dia sangat sopan dan ramah. Pemuda itu merasa sangat senang ketika melihat Lindung Bulan, karena kecantikan itu sangat menyujukkan hatinya.
Setelah kejadian tersebut, sering sekali pemuda itu melihat Lindung Bulan sepulang kerja. Hingga akhirnya dia memberanikan diri untuk melamar Lindung Bulan. Karena pemuda itu berbudi pekerti baik, Lindung Bulan pun menyetujui untuk menikah dengannya. Lindung Bulan merasakan ketulusan dari pemuda yang sederhana itu. Dia tidak memamerkan apa yang dimiliki serta tidak banyak menyombongkan diri. Itulah yang membuat Lindung Bulan menerima lamarannya.
Akhirnya mereka menikah, mereka hidup bahagia dalam kesederhanaan. Setelah beberapa tahun menikah, Lindung Bulan dikaruniai dua orang anak laki-laki yang bernama Pameran dan Reno Pirang. Selain itu, Lindung Bulan memiliki anak perempuan bernama Rambun. Mereka hidup bahagia sekalipun hidup didesa yang jauh dari keramaian.
Sayang seribu sayang, kebahagiaan itu hanya hadir sesaat. Karena sewaktu anak-anaknya masih kecil, suaminya meninggal karena kecelakaan di tempatnya bekerja. Kabar meninggal suaminya diterima Lindung bulan dari teman kerja suaminya. Saat itu sungguh membuat Lindung Bulan sangat bersedih. Karena tidak pernah menyangka sebelumnya. Bahkan pagi ketika berangkat kerja, suaminya berpamitan seperti biasanya. Tidak ada pertanda bahwa itu adalah pertemuannya yang terakhir.
Belum genap satu bulan kematian suaminya. Sudah banyak laki-laki yang melamar Lindung Bulan. Karena meskipun sudah janda, dia tetap terlihat sangat cantik. Sehingga banyak sekali saudagar kaya yang ingin menikahinya. Kecantikan Lindung Bulan sangat mempesona dan terkenal dimana-mana, karena banyak pelamar yang telah di tolaknya.
Kabar tentang kecantikan Lindung Bulan telah diketahui oleh Raja Angek Garang. Dia adalah penguasa Negeri Terusan Cermin yang terkenal kejam. Dia punya keinginan untuk mempersunting Lindung Bulan. Kemudian memerintahkan Hulu Balang yang dipimpin oleh Panglima Tadang untuk mengajak Lindung Bulan ke Istana.
Setiba dirumah Lindung Bulan itu, Panglima Tadang membujuk dengan berbagai cara baik-baik, tetapi Lindung bulan menolaknya. Kemudian para panglima utusan itu menculiknyauntuk di bawa ke Istana. Sesampainya di istana, Lindung Bulan berkata bahwa dia tidak mau menikah dengan Raja Angk garang. Sehingga dia dipenjara selama bertahun-tahun. Sementara itu Rambun dan Reno hidup dalam keadaan yang sangat memprihatinkan, mereka harus berjuang untuk hidup tanpa orang tua..
Semenjak kejadian Penculikan itu, Rambun dan kedua saudaranya berjuang keras untuk menghidupi dirinya sendiri. Hari berganti hari minggu dan bulan silih berganti tapi ibunya tak kunjung pulang. Hingga beberapa tahun dilalui untuktanpa ibu mereka.
***
Pada suatu hari Rambun menjumpai orang yang sedang berteduh di semak belukar, ia bernama Alang Bangkek. Keduanya bercakap-cakap dan akhirnya orang itu mengetahui bahwa Rambun adalah anak Lindung Bulan yang bertahun-tahun dipenjara.
Setelah diberi tahu keadaan ibunya oleh Alang Bangkek, Rambun sering marah-marah dan mulai belajar silat. Kakaknya belum mengetahui apa yang menimpa adiknya. Hingga Suatu hari Rambun menceritakan tentang keberadaan ibunya yang sudah bertahun-tahun dipenjara oleh Raja Angek Garang, karena ibunya tidak mau dinikahi oleh Raja.
Rambun tidak tahan dengan keadaan seperti ini dan ia memutuskan untuk pergi membebaskan ibunya. Semua perbekalan selama perjalanan telah disiapkan oleh kedua kakaknya.
Negeri yang dituju sangatlah jauh, karena itu Reno pun mengikuti adiknya. Perjalanan itu melewati hutan belantara, tetapi mereka tidak merasa takut. Dalam perjalanan ia merasa lelah dan kelaparan. Rambun jatuh sakit dan saat itu Reno memberikan nasi bungkus dan sebutir telur rebus. Kejadian itu berulang-ulang selama dalam perjalanan, hingga akhirnya Rambun sampai diladang tepi hutan.
Untuk melepas lelah Rambun beristirahat di pemilik kebun yang berada di tepi hutan, di tempat itu Rambun bekerja keras dan akhirnya Rambun menceritakan maksud dan tujuan ia menjajah sampai kesini. Dengan ramah tamah petani itu menjelaskan bahwa jalan sebelah barat harus dilaluinya. Kemudian Rambun meminta izin untuk melanjutkan perjalanan. Petani itu memberikan sebatang tongkat kepada Rambun, tongkat itu diberinama Manau Sungsang.
Rambun melewati hutan belantara lagi, ditengah-tengah hutan itu ada seorang yang sedang dibelit ular. Rambun menolongnya dengan cara memukul kepala ular dengan tongkat Manau Sungsang miliknya. Orang itu berterima kasih kepada Rambun dan ia bertanya kepada Rambun mau kemana. Terusan Cermin kata Rambun, orang itu mengantarnya dengan cepat.
Setiba di Dusun Rambun lapar sehinnga dia pergi ke warung. Rambung ingin makan tapi tidak memiliki uang. Sehingga dia berkata kepada pemilik warung bawhwa dia akan berkerja saja untuk makanan yang akan dia ambil. Pemilik warung itu mempersilahkan Rambun makan, dan kemudian Rambun bekerja demi membayar kebaikan wanita itu yang sudah memberinya makan.
Beberapa hari kemudian Rambun meminta izin untuk melanjutkan perjalanan mencari ibunya. Setelah diberi izin dan perbekalan dari pemilik warung yang baik itu, Rambun kemudian berangkat lagi melanjutkan pencariannya.
Setiba di Istana dia langsung menuju ke tempat ibunya yang ditawan. Saat itu dijaga ketat oleh Hulu Balang. Hulu Balang tadi berkata dan bertindak keras kepada Rambun. Rambun hilang kesabaran sehingga dipukulnya dengan tongkat, sehingga Hulu Balang lari kesakitan.
Palimo datang dan marah-marah kepada anak buahnya yang sudah tak berdaya, sehingga dia menghunuskan pedangnya. Tetapi Rambun terlebih dahulu memukul Palimo dengan tongkat sampai meninggal. Peristiwa itu disampaikan Hulu Balang kepada Raja, dan Raja pun marah-marah lalu menusukkan pedangnya kesalah satu Hulu Balang. Sambil mengayuh pedang dia menyerbu Rambun, tongkatnya segera di pukulkan kepada Raja yang kejam itu tetap mengujurkan pedangnya.
Raja terus menyerang, tetapi pada akhirnya pedang Raja itu dipukul Rambun, hingga terlepas. Raja dipukuli kepalanya, dia menjerit dan lari ketakutan sambil menahan rasa sakit.
Kemudian dia menuju penjara untuk membebaskan ibunya yang dirantai. Badan ibunya haus kering. Rambun dan Ibunya berpelukan erat-erat dan menangis penuh haru. Ibunya dibawa pulang menuju kampung halamannya dan berkumpul lagi dengan kedua anaknya.
Rambun berambisi tidak ingin menjadi Raja, dia hanya ingin berjuang melawan kejahatan saja.
Mereka pun hidup bahagia selamanya.